Pada artikel Technical Analysis & Fundamental Analysis di Transaksi Forex/Saham kita sudah belajar bahwa technical analysis memprediksi pergerakan arah dengan menganalisis aksi pasar, sedangkan fundamental analysis fokus dengan data-data keuangan untuk mencari nilai yang sesungguhnya atau intrinsic value dari suatu saham atau mata uang.
Jika harga pasar di atas intrinsic value maka kondisi ini disebut overpriced—tindakan yang harus diambil adalah aksi jual.
Sebalik-nya jika harga pasar di bawah intrinsic value, maka disebut undervalued—tindakan yang harus diambil adalah aksi beli. Namun, technicalist percaya bahwa efek adalah segala yang dibutuhkannya, alasan atau penbebabnya tidaklah penting.
Sebaliknya, para fundamentalist, harus selalu mengetahui alasan dan penyebabnva terlebih dahulu.
Baik technical analsis maupun fundamental analisis keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memprediksi arah pasar, hanya saja metode pendekatan yang mereka lakukan berbeda.
Sejarah Asal Mula Technical Analysis
Meskipun sebagian orang menyatakan dirinya adalah seorang technicalist ataupun fundamentalist, pada kenyataannya, mereka yang sudah cukup lama berinvestasi di paper asset biasanya mempunyai sedikit-banyak pengetahuan tentang keduanya. Hanya saja ada yang lebih condong ke technical atau fundamental.
Sulit untuk mengatakan mana yang lebih baik, namun secara garis besar technical analisis mempunyai dampak lebih bagi para trader yang mempunyai jangka waktu (time frame) yang lebih pendek, sedangkan fundamental analysis digunakan oleh para investor yang memiliki pandangan dengan jangka waktu lebih panjang.
Sebagai contoh, seorang short-term trader yang tidak mempertahankan “posisi”nya lebih dari beberapa hari, tentu akan salit mengambil keputusan berdasarkan analisis fundamental.
Dalam time frame ini mereka tentu lebih menitik beratkan pada analisis teknikal, karena pendekatan dengan cara itu lebih ringkas.
Sebaliknya bagi seorang investor jangka panjang yang misalnya ingin secara rutin atau berkala mengumpulkan sejumlah saham dalam portofolionya untuk masa pensiun nanti, tentu analisis fundamental akan lebih membantu.
Tiga Jenis Trend Harga Pasar
Technical Analysis mungkin pertama kali digunakan untuk perdagangan agrikultur di Eropa pada awal abad ke-16. Kemudian sekitar tahun 1970-an di Asia (tepatnya di Jepang), tercipta tekhnik baru dalam technical analysis, yaitu dengan menggunakan candle charts untuk menganalisi perdagangan beras di zaman tersebut.
Sedangkan di Amerika, baru pada akhir abad ke-18 atau tepatnya tahun 1882, Charles Dow dan rekannya Edward Jones serta Charles Bergstresser mendirikan Doww Jones & Co.
Dow lalu menuangkan ide-idenya yang diakui dan dihargai sebagai landasan bagi Technical Analysis modern sekarang ini dengan menulis seri editorial dalam surat kabar harian terbesar di dunia saat itu, yang juga dimiliki Doww Jones & Co, yaitu The Wall Street Journals.
Dunia akhirnya mengenal teori tersebut dengan nama Dow Theory. Charles Dow sendiri tidak pernah secara resmi meluncurkan buku hasil karya penulisannya tersebut selain di editorial surat kabarnya.
Dow menyatakan bahwa terdapat tiga jenis kecenderungan pada pergerakan harga (Trend), yaitu kecenderungan harga yang semakin naik (Uptrend), kecenderungan harga yang semakin turun (Downtrend), dan kecenderungan harga yang tetap (Sideways).
Terkadang sideways juga sering disebut dengan trendless atau tidak ada kecenderungan.
Tiga Jenis Fase Pergerakan Harga Pasar
Di dalam masing-masing tren tersebut dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu: major trend, secondary trend dan minor trend. Yang terpenting adalah major trend sebagai trend utama dan terbesar. Kemudian trend yang lebih kecil di dalamnya di sebut dengan secondary trend. Lalu minor trend sebagai trend terkecil yang terkandung di dalam secondary trend.
Dow yang fokus pada major trend, menyatakan bahwa di dalam trend tersebut terdiri dari tiga fase, yaitu fase akumulasi, fase partisipasi publik dan fase distribusi. Trend-trend ini nantinva akan dibahas lebih detail pada posting-posting kami berikutnya.
Tahap-tahap Fase Pergerakan Harga Pasar
Fase akumulasi adalah fase di mana pembelian umumnya dilakukan oleh para investor yang memiliki analisis paling tajam dan atau para profesional.
Pada fase ini biasanya pasar sedang dalam kondisi “jelek”, di mana setiap hari market dipenuhi pesimisme dan berita-berita negatif.
Di saat seperti ini umumnya investor rata-rata atau investor pemula hampir tidak ada yang berani melakukan pembelian. Para pelaku pasar yang diwarnai panic selling sedang dipenuhi dengan rasa takut (fear).
Apabila tekanan jual sudah mereda biasanya harga akan berbalik naik disertai dengan berita-berita yang mulai positif.
Umumnya, di fase inilah para trend follower dan publik mulai berpartisipasi, sehingga disebut sebagai fase partisipasi.
Kemudian berlanjut hingga fase akhir, dimana hampir setiap pelaku pasar dipenuhi rasa tamak (greedy), banyak yang menyesal karena telah melakukan pembelian dalam jumlah yang terlalu sedikit.
Setiap hari market dipenuhi berita-berita bullish serta komentar-komentar para analis yang penuh rasa optimis, mengangkat harga saham menjadi semakin tinggi.
Kondisi sering disebut dengan overbought, Pada saat setiap orang sedang dipenuhi euforia, para investor cerdik dan profesional mulai mendistribusikan saham yang dibelinya pada saat di dasar. Fase ini disebut dengan fase distribusi.
Selain itu, Dow Theory juga mensyaratkan bahwa antara Industrial Averages dan Rail Averages (sekarang menjadi Transportation Averages) harus saling mengonfirmasi satu dengan yang lain, serta volume transaksi harus cukup besar dan meningkat untuk mendukung suatu trend. Yang terakhir disebutkan bahwa sebuah trend akan terus berlanjut sampai terdapat “sinyal jelas” akan terjadinya perubahan arah (reversal). “Sinyal jelas” yang dimaksud oleh Dow akan dibahas pada artikel berikutnya.
Prinsip-prinsip Dasar Pemikiran Technical Analysis
Prinsip-prinsip dasar permikiran Dow inilah yang terus berevolusi sesuai dengan perkembangan waktu dan teknologi menjadi technical analysis.
Dan saat ini di mana technical analysis sudah banyak mendapatkan kemudahan dan kecepatan dalam hal mengakses data, dengan bantuan software charting yang juga semakin canggih.
Selain digunakan untuk menganalisis suatu saham tunggal, technical analysis juga dapat digunakan untuk menganalisis instrumen investasi lainnya, seperti kontrak Futures, Options, ETF, Komoditas, Forex, Indeks, dan lain sehagainya.
Untuk memperlajari lebih lanjut mengenai instrumen investasi pengunjung dapat membaca artikel kami sebelumnya yaitu Cara Belajar Buka Akun Forex Terkini, Lengkap, Akurat dan Terpercaya
Baca juga artikel menarik kami lainnya yaitu
- Cara Mudah untuk Melunasi Pinjaman Online
- Cara Mengetahui BI Checking ketika Ingin Meminjam Hutang
- Risiko Meminjam Hutang Melalui Aplikasi Pinjaman Online
- Cara Aman Melakukan Pinjaman Hutang Online