Ya, pembahasan tentang resesi yang digadang – gadang terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia tahun 2023 mendatang memang menuai pro dan kontra. Ada pihak yang sepakat bahwa resesi akan terjadi dan mempersiapkan solusinya. Namun ada pihak lain yang beranggapan pembahasan penyebab resesi 2023 dan dampaknya hanya sekedar omongan menakut – nakuti belaka.
Lantas benarkah resesi akan terjadi di 2023?
Terjadi atau tidaknya suatu resesi di tahun 2023 mendatang, semua orang harus waspada. Berusaha hemat, menambah pemasukan dan meminimalisir pengeluaran menjadi beberapa langkah penting yang harus dilakukan untuk meminimalisir dampak akibat resesi yang terjadi.
Lantas, apa penyebab terjadinya resesi 2023 dan apa sih dampak jika resesi benar – benar terjadi sehingga semua pihak harus bersiap – siap? Di sini kita akan membahasnya!
Penyebab Resesi 2023
1. Pengaruh kondisi ekonomi global
Pengaruh kondisi ekonomi global yang memburuk menjadi salah satu penyebab resesi 2023 terjadi. Sebagai negara yang berkembang, meski banyak dikatakan bahwa Indonesia resilient namun tetap akan mengalami dampaknya bahkan meski yang paling kecil sekalipun.
Oleh karena itu bahkan presiden Jokowi sekalipun memberikan arahan dan instruksi agar semua pihak berbenah menghadapi gelap gulitanya tahun 2023.
2. Kenaikan suku bunga bank
Dalam keterangan secara tertulisnya, OJK menjelaskan bahwa suku bunga bank adalah harga yang dibayar bank kepada nasabah dan sebaliknya. Suku bunga bank global saat ini mengalami kenaikan. Hal tersebut semakin terlihat nyata ketika Bank Indonesia (BI) turut menaikkan suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi di angka persentase 4,25 persen.
Suku bunga deposit facility juga naik sebesar 50 bps menjadi 3,5 persen. Sementara suku bunga lending facility naik 50 bps up to 5 persen.
Oleh karena itu, pengamat keuangan banyak yang menyarankan agar utang bank tidak diperpanjang khususnya golongan ekonomi menengah ke bawah karena dikhawatirkan akan mengalami kesulitan membayar cicilan dan mengakibatkan adanya asset yang disita.
Lantas, bagaimana dengan orang yang sudah memiliki hutang di bank? Bagi Anda yang memiliki utang di bank dan merasa terjadi masalah dengan sumber keuangan Anda, maka solusinya penyelamatan dengan restrukturisasi kredit bisa Anda lakukan. Informasinya baca : Pelunasan, Restrukturisasi dan Penyelamatan Kredit
3. Krisis pangan dan energi
Terjadinya krisis pangan dan energi di berbagai negara maju menjadi salah satu penyebab terjadinya resesi di Indonesia karena kegiatan ekspor dan impor yang dibatasi.
Presiden Joko Widodo dalam sambutan pembukaan Dies Natalis ke-59 Institut Pertanian Bogor (IPB) yang diselenggarakan pada hari Kamis (1/9/2022) secara virtual mengungkapkan bahwa krisis kemanusiaan benar – benar ada di depan mata.
Kurang lebih sebanyak 345 juta penduduk dunia yang tersebar di 82 negara berpotensi mengalami krisis pangan yang serius. Presiden Jokowi juga menyampaikan semua tanda itu mulai terbaca sejak adanya kenaikan indeks harga pangan secara global sampai biaya logistik jalur laut yang mengalami lonjakan sampai dengan tiga kali lipat.
Meski begitu, menurut data dari Badan Pusat Statistik, tren sektor pangan yang ada di Indonesia saat ini masih dalam taraf aman. Hanya saja untuk krisis bahan bakar energi BBM memang sudah tak dapat dihindari dan terbukti dengan lonjakan tajam harga bahan bakar minyak yang sudah diterapkan saat ini.
4. Kondisi pasar dan utang yang tak pasti
Tidak hanya pengusaha yang dihantui hutang dan kondisi pasar yang tak pasti, bahkan negara pun demikian. Dimulai sejak pandemi covid-19, demi pemulihan ekonomi negara Indonesia menambah hutangnya. Disusul dengan kenaikan suku bunga dan kondisi pemulihan ekonomi secara global yang cenderung sulit hal tersebut mengakibatkan negara mendapatkan beban yang berat dan banyak.
Belum lagi memikirkan bagaimana rakyat bisa bertahan dengan semua kondisi tersebut. Akhirnya subsidi pun banyak dikeluarkan meski beberapa pihak menyayangkan bahwa hal tersebut seringkali tidak tepat sasaran.
Bank Dunia baru – baru ini juga menerbitkan surat laporan Statistik Utang Internasional dan mencatatkan bahwa Indonesia masuk ke dalam daftar 10 negara teratas dengan nominal utang yang paling besar untuk kategori negara dengan pendapatan kecil.
Lantas, bagaimana solusinya?
Untuk masyarakat, pastikan jangan panik. Kurangi hutang yang bersifat konsumtif dan jika ada kemampuan untuk membayar hutang bisa bayar lebih dulu. Jangan lupa untuk sisihkan uang agar Anda bisa memiliki tabungan yang cukup sebagai dana darurat.
Demikian sedikit informasi yang kami dapat bagikan terkait penyebab resesi 2023. Semoga Indonesia bisa bangkit dari kondisi yang dialami demikian pula dengan warga negaranya.