Proses komunikasi merupakan aktifitas yang sangat penting dalam kehidupan ini, tidak terkecuali dalam melaksanakan aktifitas di tempat kerja. Tanpa komunikasi yang baik, hidup dan bekerja tidak akan pernah menjadi efektif.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang bankir yang baik adalah cakap melakukan “Komunikasi di Tempat Kerja”. Hal ini meliputi berbagai aktivitas, seperti: mengumpulkan, mencatat, mengirim data, menyampaikan informasi untuk memenuhi kebutuhan kerja, menanggapi masalah dan bekerja sama dengan rekan kerja ataupun pihak lainnya. Oleh karena itu, sebelum membahas berbagai hal tentang aspek perbankan secara umum (General Banking) maka dalam bab ini akan terlebih dahulu dibahas konsep dasar komunikasi dan bagaimana melaksanakan secara afektif.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah upaya untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi dan lain sebagainya, agar diketahui atau dipahami oleh orang lain. Longman, mendefinisikannya sebagai: to make opinion, feelings, information, etc, known or understood by others. Lebih jauh lagi, proses komunikasi merupakan sebuah keterampilan atau kemampuan untuk mengungkapkan keinginan, ide, perasaan, fikiran atau pendapat seseorang sehingga tidak dapat disangkal bahwa komunikasi yang efektif di tempat kerja sangat penting, mengingat bahwa dalam sebuah perusahaan terdapat banyak orang dengan berbagai latar belakang sosial dan pendidikan serta karakter berbeda yang bekerja dengan tujuan yang sama.
Manfaat komunikasi di tempat kerja
Secara umum, manfaat komunikasi di tempat kerja bagi karyawan, antara lain:
- Dapat memperoleh keterangan atau informasi yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan
- Dapat mewujudkan kerjasama antar personil di tempat kerja dalam rangka pelaksanaan tugas/pekerjaan
- Dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan
- Dapat memudahkan dalam penyampaian kebijakan, peraturan, ataupun ketentuanyang berlaku di tempat kerja.
- Dapat meningkatkan nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan di tempat kerja
Pada akhirnya, bagi organisasi, proses komunikasi yang efektif dapat memberikan berbagai manfaat diantaranya adalah:
- Menciptakan kepuasan kerja. Perusahaan seharusnya mendorong lingkungan korespondensi terbuka dan mudah antara manajer dengan bawahan. Jika lingkungan kerja kondusif, bersahabat dan ramah dimana bawahan di dorong untuk mengkomunikasikan ide-ide inovasi mereka tentang pekerjaan kemudian diberikan umpan balik yang positif, akan menumbuhkan suasana kerja yang sangat baik yang dapat memotivasi seluruh personal. Semua karyawan merasa dihargai. Dengan demikian, komunikasi yang efektif di tempat kerja membantu dalam membangun loyalitas dan kepercayaan, yang pada akhirnya akan menghasilkan kepuasan kerja yang lebih besar.
- Menyelesaikan konflik. Komunikasi yang terbuka di tempat kerja dapat membantu mencegah timbulnya konflik dan menyelesaikan konflik yang terjadi. Sebagai contoh, jika dua orang karyawan yang berselisih, memiliki ketidak setujuan akibat perbedaan pandangan, maka konflik akan mudah dapat diselesaikan melalui diskusi dan komunikasi bersama.
- Meningkatkan produktivitas. Komunikasi yang efektif di tempat kerja merupakan hal yang penting bagi keberhasilan sebuah perusahaan. Setiap perusahaan memiliki tujuan bisnisnya, visi dan misinya. Hal ini harus dikomunikasikan kepada seluruh pegawai dengan jelas dan memastikan bahwa semua anggota yang terlibat bekerja menuju tujuan yang sama. Dan, kembali dalam proses ini, diperlukan sebuah proses komunikasi yang efektif antara perusahaan dengan karyawan, atasan dan bawahan, sehingga produktivitas dapat dicapai dan meningkat.
Konteks Komunikasi
Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas, konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dari: Pertama, aspek bersifat fisik, seperti: iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan; Kedua, aspek psikologis, seperti sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi peserta komunikasi; Ketiga, aspek sosial, seperti: norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya; Keempat, aspek waktu, yakni: kapan berkomunikasi (hari, jam, tanggal, pagi, siang, sore, malam)
Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikannya berdasarkan konteknya. Istilah-istilah lain juga digunakan untuk merujuk kepada konteks ini. Selain konteks yang lazim, juga digunakan istilah tingkat, bentuk, situasi, keadaan, arena, jenis, cara dan pertemuan.
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteknya atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat. Maka, dikenal-lah berbagai pengelompokan seperti: komunikasi intrapersonal, interpersonal, kelompok kecil, publik (pidato), komunikaso organisasi dan komunikasi massa, yang dapat dijelaskan, sebagai berikut.
Komunkasi intrapersonal, merupakan komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari atau tidak. Cotohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi interpersonal (antar pribadi) dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya. Komunikasi interpersonal ini inherent dalam komunikasi dua ataupun tiga orang dan seterusnya. Karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain, kita biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain). Hanya saja, cara kerjanya sering tidak kita sadari. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri.
Komunikasi interpersonal, merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal. Bentuk khusus dan komunkasi interpersonal ini adalah komunikasi diadik yang hanya melibatkan dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru – murid, dan lain sebagainya. Ciri-ciri komunikasi diadik, adalah: pihak-pihak yang yang berkomunikasi berada dalam jarak dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal.
Komunikasi kelompok, dimana kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini, misalnya keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah atau suatu komite yang melaksanakan rapat untuk mengambil suatu keputusan. Komunikasi kelompok ini dengan sendirinya melibatkan pula komunikasi interpersonal (antar pribadi)
Komunikasi publik, merupakan komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah, atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan isitilah komunikasi kelompok besar. Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi interpersonal ataupun kelompok. Karena, kemunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Daya tarik fisik pembicara bahkan sering merupakan faktor penting yang menentukan efektivitas pesan, selain keahlian dan kejujuran yang dimiliki pembicara. Dalam komunikasi publik hanya satu pihak yang aktif (pembicara) sedangkan pihak lainnya cenderung pasif. Umpan balik yang mereka berikan terbatas, terutama umpan balik yang bersifat verbal. Umpan balik nonverbal lebih jelas diberikan oleh orang-orang yang duduk di jajaran depan, karena merekalah yang paling jelas terlihat. Sesekali pembicara menerima umpan balik yang bersifat serentak, seperti: tertawa atau tepuk tangan. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.
Komunikasi organisasi, yaitu: komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali melibatkan juga kelompok diadik, komunikasi interpersonal (antar pribadi) dan adakalanya juga dengan komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ketas dan komunikasi hotizontal. Sedangkan komunikasi infromal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, yang juga termasuk gossip.
Komunikasi massa, yaitu: komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (majalah, surat kabar) ataupun elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.
Artikel ini adalah bagian pertama dari Modul Ilmu komunikasi