Cara Membuat Surat Pinjaman Uang
Cara Membuat Surat Pinjaman Uang

Mari Mengenal Cara Membuat Surat Pinjaman Uang

Diposting pada

Saat meminjamkan uang kepada orang lain, modal kepercayaan saja rasanya tidak cukup dilakukan meski kepada kerabat terdekat sendiri. Membuat sebuah surat pinjaman uang, bisa dikatakan sebagai langkah pencegahan, apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Ketika kondisi ini benar benar terjadi, anda bisa melaporkan kepada pihak yang berwajib dengan menunjukkan buktinya. Bagaimana cara membuatnya ? Simak ulasan berikut.

Tujuan Pembuatan Surat Utang Piutang

Setiap orang yang memutuskan untuk meminjam sejumlah dana, biasanya tidak dilakukan karena hanya iseng semata dan memiliki tujuan tertentu. Adanya kebutuhan mendadak dengan jumlah yang jauh dari perkiraan, seakan tak ada jalan lain selain meminjam uang kepada pihak tertentu. Agar kedua pihak yang terlibat lebih tenang, membuat sebuah surat khusus untuk pinjaman uang nampaknya perlu dilakukan.

Cara Membuat Surat Pinjaman Uang
Cara Membuat Surat Pinjaman Uang

Apa yang mendasari bila surat satu ini sangat penting dibuat  ? Bisa dikatakan surat ini memiliki kekuatan hukum, dimana pihak peminjam haruslah mengembalikan sejumlah dana dengan tenggat waktu yang telah ditentukan. Apabila tidak ada tanggung jawab ataupun itikad baik untuk mengembalikan dana yang dipinjamnya, maka surat ini bisa menjadi bukti kuat untuk menyelesaikannya secara legal dan menempuh jalur hukum.

Ada beberapa alasan lainnya, yang menjadi dasar kuat kenapa surat pinjaman uang sangat penting untuk dibuat. Salah satuya yaitu mengkonfirmasi dari semua pihak yang terkait, karena adanya data diri yang tertulis pada surat tersebut. Tentu saja informasi tersebut akurat adanya, mengingat ditulis sesuai dengan identitas pada KTP masing masing. Hal ini sangat penting untuk menghindari dari kemungkinan terburuk dari pihak yang tidak bertanggung jawab.

Selain data diri, dalam surat tersebut tentunya terlampir beberapa informasi lainnya seperti konfirmasi besaran utang yang hendak dipinjam. Tertulisnya besaran uang yang dipinjam, menjadi bukti bahwa fakta dirinya memang mendapatkan pinjaman sesuai dengan tunai yang dituliskan. Selain besarnya dana, disana juga tertulis tujuan dari peminjaman dana itu sendiri agar menghindari adanya penyelewengan uang yang dipinjamkan.

Besaran dana dan tujuannya pun sudah cukup jelas, maka kini saatnya untuk mengetahui waktu transaksi dilakukan. Penulisan kapan waktu uang diterima, membantu dan menentukan waktu tenggat masa pengembalian uang. Sebab semua barang yang dipinjam, tentu saja harus dikembalikan kepada sang pemilik aslinya. Dengan adanya bukti waktu penerimaan dana, tak ada pihak manapun yang bisa mencurangi ataupun mengubah nominalnya sesuka hati.

Sebenarnya hal yang paling ditakutkan ketika meminjami sejumlah dana tanpa bukti apapun, yaitu adanya pertikaian diantara pihak pihak yang terkait. Momok paling utama dan sering terjadi, dimana salah satu pihak berbeda pendapat dan tidak terima dengan pendapat orang lain. Sebagai langkah pencegahan sejak dini, maka sangat penting untuk membuat surat pinjaman uang sebagai buktinya.

Ketika perselisihan benar benar terjadi, kedua belah piihak dapat kembali akur dan sejalan dengan menunjukkan surat yang telah dibuat. Dengan kehadiran bukti kuat tersebut, diharapkan perselisihan ini dapat segera diselesaikan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama. Mengingat hal ini adalah hal yang sensitif, ada baiknya segera selesaikan dan tidak berlarut larut hingga ke generasi selanjutnya.

Dari sekian banyak alasan yang dibuat, alasan terkuat dari pembuatan surat ini adalah mencegah atau menghindari sebisa mungkin akan resiko terburuk. Resiko terbesar yang akan diterima ketika meminjamkan uang kepada orang lain, tidaklah sekedar debitur kabur ataupun gagal untuk membayarkan sesuai dengan tenggat waktu dan besaran dana yang dipinjamkan. Ada beberapa resiko besar lain, yang mungkin tidak diperkirakan sebelumnya terjadi begitu saja.

Contoh resiko terbesar yang mungkin bisa terjadi, dimana debitur meninggal dunia sebelum utangnya dilunasi sesuai dengan kesepakatan pada surat pinjaman uang. Ketika pihak lebih dulu dipanggil oleh sang kuasa, tentu saja anda tidak bisa menyalahkannya begitu saja. Meski kemungkinannya tidak terlalu besar, namun bukan berarti tidak ada kemungkinan resiko ini dialami oleh anda.

Kehadiran bukti dari surat peminjaman di genggaman, maka anda bisa menagihkan utang kepada sang ahli waris debitur. Jika sang ahli waris tidak bisa melunasi hutang tersebut, hal ini akan tergantung dari kesepakatan bersama dan bagaimana kebijakan yang diambil oleh sang pemberi ijin dana. Namun anda juga bisa memperoleh kuasa penuh untuk jaminan tersebut, sesuai dengan kesepatakan sebelumnya.

Baca juga :

Tips Cara Membuat Surat Perjanjian Pinjaman Dana

Tentu saja pembuatan surat bukti ini tidak bisa dilakukan sembarangan, sehingga anda perlu memperhatikan dengan seksama apa saja yang perlu dicantumkan. Ketika data kedua belah pihak cukup lengkap, maka surat ini bisa menjadi saksi adanya kesepatakan dari keduanya. Pastikan mengisi data tersebut dengan sebenar benarnya dan tidak ada data yang terlewatkan sedikitpun, agar pelacakan bisa dilakukan dengan mudah.

Cara Membuat Surat Pinjaman Uang yang Benar
Cara Membuat Surat Pinjaman Uang yang Benar

Hal pertama yang harus diperhatikan yaitu komonen apa saja yang ditulis surat pinjaman uang. Sifatnya yang formal, maka segala informasi di dalamnya sangat perlu untuk dicantumkan. Mulai dari judul yang terletak di bagian atas, nomer, serta lampiran harap diisi dengan benar. Sedangkan khusus untuk bagian isi surat, nantinya akan mencangkup segala informasi terkait dengan pihak yang membuat pernyataan dan perjanjian apa yang disepakati.

Bagian isi merupakan letak dimana segala isi perjanjian terluapkan, sehingga penting untuk memberikan detail di bagian ini. Detail yang diperlukan pertama adalah data diri dari kedua belah pihak seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat, serta pekerjaan yang digeluti. Kemudian berikan komponen mengenai jumlah dana, waktu penerimaan, serta tujuan dari peminjaman dana itu sendiri harus dicantumkan.

Adanya aktifitas peminjaman, maka ada pula aktifitas pengembalian yang harus dilakukan. Oleh karenanya, perlu untuk mencantumkan komponen mekanisme pengembalian utang serta jangka waktu yang diberikan yang tentunya sudah disepakati bersama. Jika memungkinkan, berikan detail yang lebih jelas seperti waktu tenggang agar pengembalian dana tidak terlambat dari kesepatakan.

Tentu saja sang pemberi ijin pinjam, memerlukan sebuah jaminan agar dana tersebut tidak dibawa kabur oleh sang peminjam. Bentuk jaminan yang bisa diberikan pun cukup beragam, yang sekiranya hampir sama dengan jumlah dana yang dipinjamkan. Mulai dari kendaraan pribadi, sertikat tanah, dan lain sebagainya pun bisa dijadikan sebagai jaminan. Dengan penyerahan jaminan, sang pemberi pinjaman akan menjadi sedikit lebih lega.

Lalu bagaimana jika salah satu pihak melanggar kesepakatan yang telah dibuat ? Oleh karenanya, penting untuk membuat kompensasi dengan besaran tertentu. Tentu saja kompensasi ini harus disepakati kedua belah pihak, dan telah dituliskan dalam surat pinjaman uang sebagai buktinya. Dari adanya surat inilah, perselisihan ataupun perbedaan penafsiran bisa diminimalisir dan diselesaikan karena adanya bukti kuat.

Sifatnya yang tertulis dan resmi, bisa menjadi bukti kuat bila ada utang piutang diantara kedua belah pihak yang terlibat. Dengan adanya surat ini di genggaman, diharapkan dapat menjadi bukti apabila uang pinjaman dibawa lari dan tidak dipertanggung jawabkan. Apabila sang peminjam memang mempunyai itikad baik, tanpaknya mendatangani perjanjian ini tidaklah memberatkan baginya. Kehadiran surat ini pula membuat kedua belah pihak terus terhubung satu sama lain.

Baca juga:

Tinggalkan Balasan