Ciri Manajer Baik dan Manajer yang Buruk

Diposting pada

Manajer secara pengertian memang sesuatu hal yang bisa diperdebatkan, namun dari beberapa literatur yang pernah kami baca, kami mengambil satu definisi bahwa Manager atau Manajer adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengatur sekelompok orang, mengawasi pekerjaan mereka dan mengambil langkah-langkah perbaikan ketika diperlukan. Untuk lebih memahami Tanggung jawab dan peran seorang manager, kami akan menampikan terlebih dahulu kuisioner yang pernah dilakukan disebuah bank asing mengenai contoh perilaku manager yang tidak disukai (perilaku buruk):

Penyebab manajer tidak efektif
Penyebab manajer tidak efektif

 

  • Menegur didepan umum
  • Tidak menetapkan tujuan yang jelas
  • Cenderung suka pada orang tertentu (favoritisme)
  • Tidak pernah memuji untuk pekerjaan yang baik yang telah dilakukan bawahannya
  • Percaya pada gossip
  • Membuat keputusan yang sewenang-wenang
  • Tidak memberikan instruksi dan bimbingan yang jelas
  • Menggunan kriteria yang sangat subjektif dalam menilai kinerja bawahannya
  • Suka mengambil keuntungan
  • Pencari kesalahan
  • Tidak melakukan yang dikatakan atau dianjurkan
  • Meminta anak buah melakukan pekerjaan pribadi (yang tidak berhubungan dengan pekerjaan)

sedangkan perilaku manager yang baik biasanya:

penyebab manager tidak efektif
penyebab manager tidak efektif
  • Seorang komunikator yang efektif (dia pendengar yang baik dan menyampaikan pesan dengan jelas)
  • Orang yang adil (memberikan tugas sesuai dengan kemampuan seseorang)
  • Menilai kinerja sesuai dengan standar yang jelas dan sesuai kesepakatan
  • Menghargai kinerja dengan baik
  • Memberikan contoh yang baik (sesuai dengan nilai, kebijakan, peraturan dan regulasi perusahaan)
  • dan lain lain yang tentunya bisa anda tambahkan sendiri.

Bila anda memperhatikan kedua contoh tipe manajer diatas, tentunya menjadi pertanyaan dari kita adalah mengapa orang bisa menjadi manajer yang baik atau menjadi manajer yang buruk, padahal semua orang termasuk anda dan saya tahu perilaku perilaku untuk menjadi seorang manajer yang baik dan buruk. Saya yakin pada dasarnya setiap orang ingin menjadi seorang manajer atau pemimpin yang baik. Namun demikian rupanya pengalama memperlihatkan bahwa banyak manajer yang buruk diluar sana. Mengapa demikian? Banyak jawaban dari pertanyaan tersebut, disini saya akan tampilakan beberapa penyebab seseorang menjadi manajer yang buruk.

1. Pola Membesarkan Anak

Organisasi pertama yang kita jalani adalah keluarga, dengan demikian manajer pertama yang kita jumpai adalah orang tua kita. Pertanyaannya berapa banyak orang tua yang telah dilatih untuk menjadi orang tua yang baik? Saya yakin tidak banyak. Banyak orang tua yang langsung menjadi orang tua tanpa berlajar terlebih dahulu.

Akibatnya adalah banyak orang tua yang menerapkan pola membersarkan anak yang salah. Anak-anak sering tumbuh tanpa penjelasan yang jelas tentang apa arti sebuah keluarga. Mereka merasa bahwa kebijakan, peraturan dan regulasi keluarga kadang-kadang dirumuskan secara sewenang-wenang dan kadang-kadang tidak secara seragam diterapkan. Mereka sering mengalami perlakuan tidak adil dalam hal pekerjaan rumah. Mereka kadang-kadang juga belajar bahwa apa yang dikatakan salah satu orang tua (bos), belum tentu mendapat dukungan dari orang tua lainnya. Mereka menyaksikan sendiri favoritisme. Para orang tua tersebut jarang mengkonsultasikan hal-hal yang dapat mempengaruhi kesejahteraan pribadi mereka sendiri….. dan daftar ini bisa menjadi lebih panjang tergantung dari pengalaman masing-masing.

Sehingga, pengalaman manajemen pertama kita dalam organisasi (keluarga) sering sangat jauh dari ideal. Model manajer pertama kita pun tidak sempurna.

2. Kurangnya Model yang Baik

bagaimana jadi manajer yang baik
bagaimana jadi manajer yang baik

Dari semua organisasi (diluar keluarga) yang pernah kita ikuti, kita bisa merasa beruntung karena telah bekerja untuk manajer yang sangat professional. Banyak manajer yang pernah kita temui sering harus berada pada posisi manajerial seperti itu karena mereka dianggap memiliki kompetensi secara teknis – yaitu mereka tahu bagaimana menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri. Tapi orang-orang seperti itu sering tidak trampil untuk dapat menyelesaikan pekerjaan mereka melalui orang lain. Sehingga sering kita dengar banyak cerita tentang para manajer menggunakan tekhnik yang salah dama mempengaruhi bawahan mereka tentang apa yang harus mereka lakukan.

Ada satu kasus tentang seorang manager pada salah satu perusahaan lokal yang memiliki cara bertanya yang membingungkan tentang tugas-tugas departemen yang sudah dia ketahui jawabannya. Bila bawahannya memberikan jawaban yang benar, dia hanya akan menggangguk. Tapi jika jawabannya salah, dia akan memarahi bawahannya karena dia tidak tahu jawaban yang benar. Dengan cara ini seolah-olah memojokan bawahannya. Apa motifnya melakukan semua ini? Apakah dia ingin mengatakan secara halus pada bawahannya bahwa dia tidak memenuhi syarat untuk pekerjaan itu, sehingga dia harus mengundurkan diri? APakah ini cara dia yang secara kejam merasa senang diatas penderitaan orang lain? Sebaliknya, apakah ini metodenya untuk menunjukan bahwa dia telah melakukan pekerjaannya dengan baik? orang tidak akan pernah mengerti manajer seperti itu.

3. Kurangnya Kesempatan Mendapat Training Manajer yang Baik

Banyak perusahaan lokal sepertinya menganggap training lebih sebagai pengeluaran daripada investasi. Sehingga pegawai mereka hanya mendapat sedikit sekali, atau tidak sama sekali, training tentang bagaimana cara menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang baik. Bila program management/Leadership development diselenggarakan diperusahaan tersebut, tidak heran bila kita mendengar mereka berkata, ” Saya sudah bekerja diperusahaan itu bertahun-tahun ini adalah training leadership pertama yang saya ikuti.” atau “Saya berharap saya telah mengikuti training seperti ini beberapa tahun lalu saat pertama saya memegang jabatan supervisor. Saya mungkin dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak semestinya.”

Banyak sekali kasus dimana pegawai bagus yang mengundurkan diri, pegawai yang ‘mbalelo’ dengan bekerja tidak baik, pegawai yang sengaja membolos kerja, dll hanya karena tingkah laku manajer yang tidak cakap. Para manajer yang memperlakukan pegawai mereka secara buruk melakukan itu bukan karena mereka adalah orang jahat, tapi karena mereka tidak tahu yang lebih baik yang harus dilakukan. Manajemen telah gagal melengkapi mereka dengan training yang dapat membuat mereka tahu bagaimana cara memotivasi pegawai secara benar untuk dapat bekerja secara produktif dan bekerja sama dengan manajemen dalam mencapai hasil secara bersama.

Cara kita dibesarkan oleh keluarga yang salah, kurangnya model manajer yang efektif, kurangnya management training adalah beberapa alsan mengapa manajer “yang buruk” banyak ditemui dalam perusahaan-perusahaan. Dengan memiliki manajer yang memiliki tingkah laku manajerial yang tidak efektif dapat berakibat sangat buruk pada perusahaan.

 

Dengan membaca artikel ini kami berharap pengunjung dapat mengetahui penyebab alasan tidak efektifnya seorang manajer

 

 

Tinggalkan Balasan